Sejarah Pelabuhan Gresik

Sejarah Pelabuhan Gresik

Sejarah Pelabuhan Gresik - Pelabuhan Gresik adalah salah satu ikon kota Gresik, karena disinilah banyak tercipta sebuah sejarah dari kota Gresik dimana di sinilah pada jaman dahulu menjadi pusat perdagangan dunia yang sangat terkenal di seantero jagad. Salah satu tokoh terkenal yang sangat berpengaruh pada perkembangan perdagangan dikota Gresik yaitu Nyai Ageng Pinatih. Beliau seoraang saudagar kaya yang merupakan syah Bandar di Pelabuhan Gresik yang menguasai proses perdagangan yang ada di Pelabuhan Gresik.

Sejarah pelabuhan gresik di mulai sekitar abad ke-16 M di mana pada saat itu Pelabuhan Gresik dapat menggeser peran dari pada Pelabuhan Tuban, hal ini di buktikan dengan  ketertarikan kapal-kapal asing untuk mendarat di pelabuhan Gresik daripada Pelabuhan Tuban

Pada awal abad ke-17 M pelabuhan Gresik tetap berperan sebagai pelabuhan besar dan utama diantara pelabuhan-pelabuhan lain disekitarnya. Namun kebesaran Pelabuhan Gresik tidak seperti sebelumnya, karena pada masa itu politik ekspansi Sultan Agung sudah mengarah ke Gresik dibantu Pangeran Pekik dari Surabaya.

Pada tahun 1625 M dua pelabuhan di Gresik dikelola oleh dua orang syahbandar yang diangkat oleh penguasa Surabaya. Syahbandar utama berkedudukan di Gresik, sedangkan di Jaratan ditempatkan seorang syahbandar muda. Syahbandar muda di Jaratan dikenal dengan julukan Ence Muda, seorang keturunan Cina, istrinya seorang putri Beng-Kong, pemimpin penduduk Betawi saat itu.

Walaupun ada sedikit kemunduran, namun sampai awal abad ke-17 M di pelabuhan Gresik masih nampak adanya aktifitas produksi kapal bermuatan 10 sampai 100 ton, digunakan untuk berlayar ke Maluku dan sekitarnya. Selain itu juga disediakan fasilitas untuk kapal dari luar yang membutuhkan perbaikan. Pelayaran menuju pulau rempah-rempah (Maluku) masih menjadi prioritas utama.

Para pedagang Gresik dan Banda mengadakan hubungan pelayaran dan perdagangan dengan baik. Dalam hubungannya dengan Maluku, pelabuhan Gresik sangat berperan penting, karena disinilah orang-orang Ternate dan Tidore berlabuh, selain untuk berdagang juga pergi ke pesantren Giri untuk memperdalam ilmu agama Islam.

Pada tahun 1612 M Kerajaan Giri sudah kehilangan wibawanya menyusul pergantian kekuasaan dari Sunan Prapen (Giri IV) pada penguasa berikutnya yaitu Panembahan Kawisguwa pada tahun 1605 M. Pengganti Sunan Prapen tidak lagi bergelar sunan tapi panembahan. Kata “Sunan” berasal dari singkatan “susuhunan” berarti yang dijunjung tinggi. Suhun sendiri berarti dijunjung di atas kepala atau tempat memohon sesuatu. Disinilah kekuasaan kharismatik akan memperkuat kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial bila seseorang menyandangnya.

Sejarah Pelabuhan Gresik

Terdapat berita tentang kemunduran aktifitas pelabuhan Gresik. Berita ini dikemukakan oleh J.P. Coen yang pernah singgah di Gresik pada tahun 1613 M. Dalam berita itu disebutkan bahwa kemunduran ini disebabkan oleh VOC yang berhasil mendirikan kantor dagangnya sebagai pusat eksploitasi di Gresik pada tahun 1603 M, juga Mataram dengan politik ekspansinya dibawa komando Sultan Agung. Diceritakan pula bahwa pada saat itu kota Gresik telah terbakar dan mengalami kerusakan berat, penduduk banyak menyingkir ke pedalaman. Menurut warga setempat bahwa empat belas hari sebelum J.P. Coen datang Giri-Gresik diserang oleh Mataram.

Sejarah Kabupaten Gresik

Kabupaten Gresik adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Gresik memiliki luas sekitar 1.191,25 km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas Laut Jawa.

Sejarah Pelabuhan Gresik

Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Gresik hanyalah sebuah kawedanan dibawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik.

Semula Kabupaten Gresik ini bernama Kabupaten Surabaya (masuk wilayah administrasi Surabaya). Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Kabupaten Gresik.

Kabupaten Gresik terkenal sebagai Kota Walisongo, hal ini ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan dan keberadaan para wali yang makamnya berada di Kabupaten Gresik yaitu, Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Disamping itu, Kabupaten Gresik disebut sebagai Kota Santri.

Selain itu Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatra dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.